Mendengar pertanyaan itu, saya pun teringat pesan guru saya, "Apapun profesi dan posisimu, sangat disarankan untuk menulis."
Setiap kita tentulah dikaruniai ilmu dan pengalaman yang bermanfaat. Sekecil apapun. Tidak inginkah Anda melipatgandakan manfaat itu dengan menuliskannya dan menyebarkannya?
Anda cukup mengemasnya menjadi satu tulisan yang apik dan menarik, sehingga orang lain memutuskan untuk membacanya, menyebarkannya, dan memetik manfaatnya. Istilahnya, memasifkan kebaikan.
Ingatlah, ucapan akan menguap. Tapi, tulisan akan mengendap. Hampir-hampir abadi. Ada sebuah petuah yang berbunyi, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Petuah itu benar adanya. Seratus persen. Ulama-ulama terdahulu sudah membuktikannya. Tokoh-tokoh dunia pun sudah melakukannya.
Gemar menulis bahkan bisa meredam emosi negatif, membuat kita lebih tenang, serta menyadari hal-hal penyebab kemarahan. Ini menurut Truth Heal Journal.
Yah, Anda bisa saja mulai menulis di blog, socmed, buletin kantor, mading di sekolah, kolom di koran, atau di mana saja. Gimana dengan buku? Nah, itu lebih baik. Hadirnya sebuah buku menunjukkan profesionalisme, portfolio, personal branding, dan kebanggaan bagi keluarga. Amal jariyah? Insya Allah itu pasti, bergantung niatnya.
Apa pendapat Anda?
In House Training Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar