In House Seminar Motivasi, Ippho Santosa, In House Training Karyawan, Pembicara Seminar Motivasi

In House Seminar Motivasi Karyawan

Di in house seminar untuk karyawan, saya sebagai motivator sering mengajak peserta untuk berbagi.

"Sedekah ke pengemis di jalanan, boleh nggak?" tanya mereka. Dan inilah jawaban saya. Di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, hampir semua pengemis sudah tersistem. Terorganisir. Dilindungi preman dan oknum pejabat. Ini beneran.

Kayak franchise saja, pengemis-pengemis ini diberi 'wilayah beroperasi' dan harus membayar 'royalti' ke preman tertentu. Lalu, preman ini nyetor lagi ke oknum pejabat. Ya, tuh oknum pejabat serasa master franchise.

in-house-seminar-motivasi-karyawan-in-house-seminar-motivasi-pegawai

in-house-seminar-motivasi-karyawan-in-house-seminar-motivasi-pegawai

Siklus kezaliman ini terlihat kasat mata di kota-kota besar. Bukan kata orang. Terlihat bagaimana 'pihak manajemen' men-drop dan menjemput pengemis. Termasuk menyiapkan anak kecil untuk digendong. Saya sering sekali melihat prosesi ini di jalan-jalan.

Pernah memperhatikan bayi yang digendong itu? Selalu tidur pulas kan? Ya! Karena diberi obat tidur, obat bius, atau sejenisnya. Duh jahatnya. Logis saja, kebanyakan bayi akan rewel bila terkena terik matahari selama berjam-jam.

Asal tahu saja, pengemis biasa, tak akan bisa masuk seenaknya ke sebuah wilayah. Karena setiap wilayah sudah dipegang oleh preman dan oknum tertentu. Dengan kata lain, si pengemis hanya bisa beroperasi jika mau kongkalikong dengan preman dan oknum tersebut.

Sekiranya kita terus memberi dan 'memakmurkan' preman serta aparat tadi, maka kasihan sekali nasib bayi-bayi yang tak berdosa itu. Si pengemis? Mana mau tahu dia, toh itu bukan anaknya! Kebanyakan seperti itu!

Pengemis, preman, dan oknum yang tersistem adalah sebuah kezaliman. Ya, kezaliman. Kalau kita sudah tahu dan masih saja memberi, berarti ikut memakmurkan kezaliman. Lain halnya kalau kita belum tahu.

Terlepas dari itu, di Semarang, ada pengemis yang punya deposito di atas Rp 100 juta. Di Surabaya, ada pengemis yang punya mobil CRV. Di Kalsel, ada pengemis yang punya sedan. Dan masih banyak lagi publikasi tentang pengemis yang sebenarnya tajir-tajir. Googling saja.

Begini. Setiap sedekah tentu akan berbalas. Tapi alangkah baiknya jika tepat sasaran dan tidak mengayakan para preman juga oknum pejabat. Kurang berkah juga kalau kita tetap bersedekah, di mana kita tahu persis uang sedekah itu selalu disalahgunakan. Pantaslah MUI dan pemerintah dulu pernah tegas-tegas mengingatkan.

Pesan Nabi Muhammad, "Meminta-minta tidaklah halal, kecuali bagi tiga golongan: si fakir yang sangat sengsara, orang yang terlilit utang, dan orang yang berkewajiban membayar diyat." Jadi, adalah terlarang kalau kita dengan sengaja bersedekah kepada orang-orang di luar tiga golongan ini.

in-house-seminar-motivasi-karyawan-in-house-seminar-motivasi-pegawai

Kalau mau sedekah, via lembaga terpercaya dan teraudit saja. Seperti DD, ACT, RZ, PPPA, dll. Atau lembaga lain yang jelas track record-nya. Sebisa-bisanya BUKAN ke pengemis seperti kasus-kasus di atas. Dan tahukah Anda, ketika Ramadhan dan Syawal, income mereka bisa melesat sekian kali lipat!

Apabila kita lagi di jalan dan mau bersedekah, yah beli saja barang-barang dari pedagang kecil atau asongan. Kalau perlu, kasih lebih ke mereka. Jangan nawar. Masih mending mereka tho? Mau mengerahkan tenaganya. Menjaga harga dirinya. Nggak ngemis. Nggak melas.

Sekian dari saya, Ippho Santosa. Share ya.






...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar