Di seminar pengembangan diri, kadang saya mengingatkan peserta, "Apapun
profesi dan posisi Anda, saya sangat menyarankan Anda untuk menulis." Setiap
kita tentulah dikaruniai ilmu dan pengalaman yang bermanfaat. Sekecil apapun.
Tidak inginkah Anda melipatgandakan manfaat itu dengan menuliskannya dan
menyebarkannya? Anda cukup mengemasnya menjadi satu tulisan yang apik dan menarik,
sehingga orang lain memutuskan untuk membacanya, menyebarkannya, dan memetik
manfaatnya. Istilahnya, memasifkan kebaikan.
Ingatlah,
ucapan akan menguap. Tapi, tulisan akan mengendap. Hampir-hampir abadi. Ada
sebuah petuah yang berbunyi, “Ikatlah
ilmu dengan menuliskannya.” Petuah itu benar adanya. Seratus persen. Ulama-ulama terdahulu sudah membuktikannya. Tokoh-tokoh
dunia sudah melakukannya. Gemar menulis bahkan bisa meredam emosi negatif, membuat
kita lebih tenang, serta menyadari hal-hal penyebab kemarahan. Ini menurut
Truth Heal Journal.
Yah,
Anda bisa saja mulai menulis di blog, socmed, buletin kantor, mading di sekolah, kolom
di koran, atau di mana saja. Bagaimana dengan buku? Nah, itu jauh lebih baik.
Hadirnya sebuah buku menunjukkan profesionalisme, portfolio, personal branding, dan kebanggaan
bagi keluarga. Amal jariyah? Insya Allah itu pasti, bergantung niatnya.
Mau
mengenal dunia? Bacalah buku. Mau dikenal dunia? Tulislah buku. Kalimat barusan
amat sulit untuk disanggah dan dibantah. Alhamdulillah, saya pribadi bisa
keliling dunia dan bertemu dengan puluhan tokoh dunia, yang menjadi wasilah
alias perantara adalah buku. Dan upah yang paling berharga bagi seorang penulis
seperti saya adalah testimoni tulus dari pembaca yang menyatakan bahwa dia
sudah berubah jauh lebih baik setelah membaca buku saya. Wah, mendengar ini, ada
perasaan sejuk yang menyusup ke lubuk hati saya.
Sekarang,
inginkah Anda:
- menjadi
penulis yang menggugah dan mengubah
- karya
Anda diterima penerbit dan toko buku
- menghasilkan
karya yang bestseller bahkan mega-bestseller
- diundang
keliling Indonesia bahkan keliling dunia (go international)
- karya
Anda dijadikan film dan program acara di televisi
Impian
itu bukanlah mustahil. Apalagi kalau Anda belajar langsung sama tokoh-tokoh
yang sudah membuktikannya berulang kali. Misalnya:
- Asma
Nadia, dengan karya Surga Yang Tak Dirindukan, Assalamualaikum Beijing,
Emak Ingin Naik Haji, dan Catatan Hati Seorang Istri
(telah difilmkan dan disinetronkan)
- Fuadi,
dengan karya Negeri 5 Lima Menara (telah difilmkan dan ditayangkan di berbagai
negara)
- Saya
sendiri, Ippho Santosa, dengan karya 7 Keajaiban Rezeki dan Pentalogi Rezeki
(sempat menjadi program acara di TV One dan Trans 7, telah diseminarkan di
belasan negara, dianugerahi penghargaan dari IKAPI dan MURI)
Yuk belajar!
Mantap bg Ippho :D
BalasHapusLokasinya dimana
BalasHapusIni tulisan saya yang dibaca 6000an orang perhari, monggo mampir di www.adhinbusro.com
BalasHapusSiip
BalasHapusSubhanallah, sangat memotivasi
BalasHapusAyo ikut!!!...dapet ilmu, relasi, dan juga bikin semangat nulis buku...insyaallah mahasiswa Umar Usman pada ikut lho...sampai ketemu!!!
BalasHapusSalam
Mr Joss, Wakil Rektor Umar Usman
Kuliah 1 Tahun Jadi Pengusaha
Pin 7CB1C1DB
Menarik, dan kesempatan terbaik. Semoga saya bisa ikut dalam acara ini
BalasHapusSemoga berka.... Kapan ke solo bang ippho? Sangat ditunggu :)
BalasHapusKapan di Surabaya?
BalasHapusMenulis adalah tanda tanya dalam hati yg dituangkan di atas kertas :D
BalasHapusManfaatnya mampu mngeluarkan sgala isi hati, jika tulisannya baik bisa jadi ladang pahala. Saya ingn sprti mbak asma nadia, Novel yg ingin saya tulis yaitu novel fiksi motivasi :) SalamSukses. See U mbak asma
Sangat menginspirasi, terima kasih bang.
BalasHapusSalam Suisse.
semoga sukses dan saya secepatnya menyusul sukses,,,,,AAMIIN
BalasHapusJAKARTA WAE OI, KAPAN BANDUNG NYA ATUUUUUUHHH?
BalasHapusYuk menulis
BalasHapus